08.00

The Photographer : Between Fine Art and Journalism


Fotografi adalah seni dan penghasilan gambar dan cahaya pada film atau permukaan yang dipekakan (KBBI). Fotografer adalah juru potret, yaitu mereka yang bergelut di bidang fotografi sebagai penangkap gambar dengan menggunakan kamera. Setiap fotografer memiliki kisah dan pengalamannya. Indonesia memiliki nama-nama seperti Arbain Rambey, Aryono Huboyo Djati, Darwis Triadi, Tarmizy Harva, Eddy Hasby, Don Hasman, Oscar Motuloh dan masih banyak lagi yang dikenal sebagai fotografer handal. Ada yang bergerak sebagai photo journalist, art, atau bidang fotografi lain. Mereka membanggakan dengan karya-karyanya. Inilah sekilas kisah dua fotografer Aryono Huboyo Djati sebagai Fine Art Photographer dan Arbain Rambey sebagai Photojournalist.


Apakah Anda tahu bahwa pernah ada foto hasil karya fotografer Indonesia yang terjual dengan harga 700 juta rupiah?

Itulah fakta yang pernah mengundang decak kagum pengamat dan penggemar fotografi Indonesia. Fotografer itu adalah Aryono Huboyo Djati, sebuah karyanya yang dipamerkan di hotel Nikko bisa terjual dengan harga yang fantastis. Dia memotret satu bagian dari kehidupan perempuan Aceh yang ditinggal mati suaminya dan memiliki anak yang masih berumur 4 tahun. Foto berjudul Janda Satu Anak itu terjual Rp 700 juta. Nilai yang tergolong fantastis untuk sebuah karya fotografi di Indonesia.

Keahliannya di bidang fotografi telah menjadikan Aryono sebagai juru foto andalan bagi sejumlah tokoh di Tanah Air. Sejumlah kalangan pejabat tinggi negara dan orang-orang terkenal lainnya pernah terekam lensa Aryono, seperti mantan Wakil Presiden Adam Malik, Menteri Sekretaris Negara Yusril Ihza Mahendra, hingga Wapres Jusuf Kalla menjadi objek jepretannya.

Bagi Aryono, sebuah foto tak ubahnya catatan waktu, lokasi, nama, dan peristiwa yang terjadi pada saat itu. Ada yang harus diperhatikan ketika seorang fotografer akan mengabadikan sebuah gambar. Kedekatan antara fotografer dan objeknya harus tercipta ketika pengambilan gambar karena itu komunikasi yang akrab dengan orang-orang yang terlibat juga menjadi syarat untuk menghasilkan foto yang baik. Lewat karya-karya fotografinya, Aryono mengajak kita untuk belajar dari berbagai peristiwa kehidupan. Selain itu, menurutnya, jika kita serius mengerjakannya maka foto juga bisa menghasilkan.



Tertarik dengan kamera sejak berusia tujuh tahun, Arbain Rambey kini bekerja di harian Kompas dan rajin memberikan materi pada workshop atau seminar fotografi di berbagai kesempatan.

Bergelut dengan kamera manual selama puluhan tahun membuatnya mahir dalam bidang fotografi yang sangat dia cintai. Namun, kini ia mengatakan, "saya biasa pake mode A. Dalam mengajar saya juga menyarankan mode A. Kalau pake mode M, gak maju-maju!”

Menyukai hal-hal yang simpel, mungkin itu yang membawanya untuk memberikan pengetahuan mengenai fotografi secara simpel pula. Tapi jangan pernah berangkat memotret dengan kepala kosong, kata Arbain.

Menurutnya kita harus memiliki konsep ketika akan memotret sehingga ketika akan memotret kita sebenarnya hanya memindahkannya dari pikiran dan menangkap gambaran konsep itu melalui media kamera.

“Kalau ada fotografer Kompas yang berangkat tapi kepalanya kosong, gak akan saya kasih pergi” tutur Arbain sebagai redaktur foto harian Kompas.

Sebagai photojournalist, ia mengatakan bahwa dalam jurnalistik yang paling penting adalah moment, bagaimana menangkap moment secara tepat dengan angle yang tidak seperti orang kebanyakan sehingga membuat karya foto kita berbeda.

Kualitas seorang fotografer yang baik adalah mereka harus memiliki mata yang baik dalam melihat detail terutama saat mengambil subjek melalui lensa mereka. Seseorang yang belajar ilmu fotografi secara terus menerus belum tentu semahir orang yang setiap hari turun ke lapangan dan terus memotret. Practice makes perfect.

Jika sebuah foto memenangkan lomba fotografi, bukan berarti itu foto yang paling bagus tapi itu adalah foto yang paling dekat dengan selera penilainya. Lalu bagaimana kita tahu seperti apa foto yang baik itu? belajarlah dan lihat dari foto-foto yang dikategorikan baik.


Itulah sekilas kisah dari Aryono Huboyo Djati dan Arbain Rambey. Fine Art atau Photojournalist memberikan pemahaman tersendiri. Mungkin anda juga dapat belajar dari foto-foto mereka dan tentunya jangan melihat saja, mulailah memotret!

Kunjungi situs-situs Aryono dan Arbain di :
http://www.jakartaphotoclub.com/public/ahd/no_page=6php
http://www.flickr.com/photos/aryonodjati/
http://arbainrambey.com/
http://www.fotografer.net/isi/galeri/?page=1&searchid=2&katacari=892
http://djati.deviantart.com/gallery/ 


Written & Photo by : Agne Yasa (210110080012)
Video source : http://www.youtube.com/watch?v=wFtO7hc1Dj0&feature=related
04.06

Majalah Elektronik Untuk Para Pencinta dan Penikmat Fotografi

Oleh:
Nimas Novi Dwi Arini 210110080009

Para penikmat foto hasil karya para fotografer sekarang ini sudah tidak perlu mengeluarkan uang yang cukup besar untuk membeli majalah fotografi. Memang cukup mahal, jika para penikmat harus mengeluarkan ratusan ribu rupiah hanya untuk sekedar menikmati foto-foto hasil karya para fotografer. Sekarang ini sudah banyak sekali situs-situs yang memberikan majalah fotogarfi gratis dalam bentuk elektronik. Ini sangat membantu para penikmat foto karena situs-situs ini menampilkan karya foto yang berasal dari fotografer-fotogarfer berbagai belahan dunia dan tidak melulu menampilakan hasil karya fotografer terkenal. Situs-situs ini menampilkan berbagai karya foto dengan tema yang berbeda-beda, bahkan ada beberapa situs yang mengeluarkan tema foto yang berbed di tiap edisinya. Situs-situs ini juga membebaskan siapa saja boleh ikut menampilakn hasil karyanya walaupun tetap saja ada editor yang memilah hasil karya foto tersebut. Majalah fotogarfi elektronik ada yang berdiri secara independen tapi ada juga yang dibuat karena promosi dari brand tertentu. Contohnya saja Focus majalah fotogarfi elektronik yang di buat oleh Nikon sebagai newsletter untuk para pengguna prodak kamera ini. Selain Focus masih banyak lagi seperti JPG Mag, Photo Review, atau photographybb itu adalah sebagian situs yang berasal dari luar negeri. Dari dalam negeri juga ada The Light Magz yang tidka kalah dengan majalah-majalah fotografi dari luar.

Focus merupakan majalah elektronik yang dibuat oleh Nikon sebagai media promosi atau bisa juga disebut sebagai media para pengguna Nikon untuk menampilkan karya-karya mereka. Di dalam situs ini kita bisa mengunduh tiap edisi yang ada tanpa membayar dan tidak perlu menjadi anggota. Majalah elektronik fotografi ini selain meyajikan foto-foto juga menyajikan tips dan trik foografi dan ada profil dari fotografer-fotografer yang sudah terkenal. Focus bisa dikunjungi di alamat http://www.nikon.com.sg/pagearticle.php?pageid=184-3e3c2bb723.

Berbeda dengan Focus yang bisa diunduh tanpa menjadi anggota, JPG Mag mengahruskan kita yang ingin mengunduh majalah elektronik ini. Majalah ini dibuat oleh beberapa orang yang mencintai fotografi di dalam situs ini kita diberikan kebebasan untuk juga ikut menyumbangkan hasil-hasil karya kita yang akan terlebih dahulu dipilih oleh editornya. Anda bisa mengunjungi JPG Mag di alamat http://www.jpgmag.com/.

Selain JPG Mag dan juga Focus ada juga PHOTOGRAPHYBB yang juga menawarkan format yang hampir sama dengan dua majalah sebelumnya. Situs ini lebih banyak menampilkan artikel-artikel mengenai fotografi seperti oleh digital dan teknik-teknik dalam berfoto. Tidak terlalu banyak foto-foto yang ditampilkan di dalam majalah ini. Anda bisa mengunjungi majalah ini di alamat http://www.photographybb.com/.

The Light Magz sebuah majalah elektronik Indonesia yang bisa dikatakan kualitas tidak jauh berbeda dengan majalah-majalah elektronik fotografi buatan luar. The Light bisa diunduh dengan gratis tetapi harus terdafatra sebagai anggota sebelumnya. Isi dari majalah ini lebih banyak bercerita tentang profil fotografer dan hasil-hasil karya mereka. The Light banyak mengangkat profil para fotografer Indonesia yang sudah sukses di dalam atau pun luar negeri. Majalah ini bisa menginsipirasi para fotografer muda Indonesia untuk tidak takut belajar karena banyak fotografer Indonesia yang bisa berhasil sukses diceritakan di dalam majalah ini. Untuk mengunduh majalah ini Anda bisa mengunjungi situs http://www.thelightmagz.com/.

Majalah-majalah elektronik ini menjadi oase di tengah mahalnya harga majalah-majalah fotogarfi yang ada di pasaran. Kualitas yang ditwarkan majalah elektronik ini lebih baik daripada cetak karena kualitas gambar seperti warna tidak akan jauh berbeda. Selain itu bagi para penikmat foto ini sangat menguntungkan karena mereka tetap bisa menjalani hobi mereka menikmati hasil karya fotografer dengan kualitas yang bagus dan juga gratis. Selamat berkunjung pada situs-situs majalah elektronik fotografi !
11.34

Photography Workshop bersama Canon

Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB) mengadakan Photography Workshop bersama Canon pada Sabtu, 5 Juni 2010 di Kampus Harapan Bangsa Jalan Dipati Ukur. Acara dimulai dari pukul 09.00 hingga 16.00 WIB.


Workshop yang menghadirkan pembicara Aryono Huboyo Djati (fotografer profesional) dan Arbain Rambey (redaktur fotografi Surat Kabar harian Kompas) diikuti sekitar 170 peserta dari kalangan pelajar, mahasiswa, dan umum.

Denny Kussoy, selaku Head PR (Public Relations) ITHB mengatakan, “Tujuan diadakannya workshop fotografi ini yaitu untuk mengumpulkan para fotografer profesional maupun yang amatir termasuk yang baru meminati.”

Sesi pertama peserta mendapatkan sajian presentasi dari Arbain Rambey mengenai fotografi secara umum dan Foto Human Interest secara lebih khusus. Salah satu kalimat yang sering diucapkan Arbain ketika melakukan presentasi adalah “Automatic atau manual, who cares?”

Menurutnya, kemajuan teknologi saat ini di bidang fotografi sudah tinggi, jadi tidak ada salahnya kamera yang sudah mahal dibuat bekerja dengan teknologi yang ada padanya. Terdapat empat hal yang perlu diperhatikan dalam fotografi yaitu, pencahayaan, komposisi, angle, dan moment. Dari keempat hal itu yang bisa disiasati dengan teknologi adalah pencahayaan.

Dalam jurnalistik jika unsur pencahayaan terlampau di utamakan dibandingkan tiga unsur yang lain maka fotografer itu akan kehilangan banyak. Pemahaman terhadap pencahayaan dapat dilakukan sambil berjalan, yang penting adalah turun ke lapangan, jangan terus belajar teori tanpa ada praktek, kata Arbain.

Sesi kedua tidak kalah menarik, Aryono Huboyo Djati, fotografer profesional menampilkan bahan presentasi yang mengagumkan mengenai foto-foto Human Interest. Menurutnya selain empat hal yang dikatakan Arbain, unsur kedekatan dengan objek pada saat pengambilan gambar juga perlu diperhatikan.

Peserta workshop juga terlibat sesi tanya jawab dengan pembicara yang hadir.




Setelah presentasi dari pembicara dan tanya jawab. Sesi hunting bersama pun dilakukan para peserta workshop di sekitar kampus ITHB dengan tema foto yaitu Human Interest. Peserta dibagi ke dalam tiga kelompok dengan masing-masing kelompok dihadirkan seorang model sebagai objek fotonya.


Hasil foto beberapa peserta mendapat kesempatan untuk diberi komentar dan dinilai oleh Aryono dan Arbain. Pada sesi selanjutnya adalah penutupan dari pihak ITHB yang dalam closing speech menyatakan akan ada follow up setelah kegiatan ini berupa pendirian organisasi informal. Sesi terakhir yaitu foto bersama peserta dengan pembicara dan panitia.

Ketika ditanya mengenai Photography Workshop ini, menyatakan senang, diantaranya pembicara dari acara ini.

Arbain Rambey mengatakan, “Gairah orang yang ingin tahu itu selalu menarik bagi saya, keingintahuanan itu sebenarnya pengetahuan bagi saya bahwa ini yang dimengerti orang, ini yang tidak dimengerti, ini yang diinginkan tahu ini tidak, bagi saya bukannya membagi saya malah merasa mendapatkan.”

Setali tiga uang dengan Arbain, Aryono Huboyo Djati mengatakan, “Dan yang saya salut, dari jam 9 sampai jam 4, banyak yang bertahan, jadi ga ada yang pulang di tengah jalan. Itu buat saya antusias dan salut ternyata fotografi memberi inspirasi banyak orang Saya senang sampai berakhirnya acara ini mereka bertahan.”


Perasaan senang juga diungkapkan oleh peserta workshop fotografi ini, diantaranya, Fery Indrawan, “Workshopnya menarik, apalagi pembicaranya menurut saya pembicara yang cukup bagus. Dari kompas dan profesional. Menurut saya karya mereka bagus meskipun pendekatannya kita lihat tadi, kita ditunjukkan dua pendekatan yang berbeda antara jurnalistik dengan art tapi dari dua pendekatan bisa menghasilkan humanity ataupun human interest yang sama. Yang satu agak spontan yang satu lebih ke manage tapi menghasilkan humanity yang kualitasnya sama. Jadi, menurut saya, kalau di Bandung diadakan gitu bagus sekali apalagi pesertanya cukup banyak dan sebagian besar anak muda, sangat menarik, kayanya masa depan fotografi di Indonesia, kayanya bagus.”

Adon Prasetyo, mahasiswa ITB angkatan 2006 juga mengungkapkan pendapatnya mengenai acara ini,
“Bagus, saya pertama kali ikut workshop seperti ini. Pak Arbain bagus, Pak Aryono juga bagus. Peserta yang lain terlihat antusias, banyak yang membawa kamera sendiri,” ujar Adon.

Dari pihak penyelenggara mengatakan event ini sudah memenuhi target dilihat dari jumlah peserta, walaupun untuk mengikuti workshop ini peserta dikenakan biaya, pelajar/mahasiswa 50 ribu, umum 100 ribu, dan on the spot 150 ribu tapi jumlah peserta mencapai ratusan dan ketika mengikuti rangkaian acara para peserta pun antusias. Kedua faktor tersebut menjadi indikator keberhasilan acara ini.

Nah, apakah acara serupa menarik untuk diadakan lagi di Bandung? bagaimana pendapat Anda? apakah Anda berminat?

Written, Photo, and Video by :
Agne Yasa (210110080012)
07.53

Galih Sedayu dari Air Photography Sampai Fotografi Bergerak


Oleh:

Nimas Novi Dwi Arini 210110080009

Air Photography Comunications sudah terkenal di kalangan para pecinta fotografi yang berada di Bandung dengan sebutan Air saja. Air merupakan lembaga kecil yang bergerak di bidang komunikasi, pencitraan, aktivitas edukasi dan pengelolaan komunitas melalui fotografi. Berdiri sejak 17 Agustus 2004 di kota kembang Bandung, Air berusaha untuk memenuhi kebutuhan para pencinta fotografi yang beragam. Bidang-bidang seperti pengelolaan program-program kreatif seperti festival, kompetisi, pameran, seminar, workshop, diskusi dan segala aktivitas fotografi sudah banyak digelar oleh Air Photography. Sebuah peradaban baru dibuat oleh Air yaitu peradaban fotografi yang selalu bergerak, berubah dan mengalir. Tidak bisa dipungkiri memang fotografi selalu berubah dan berkemabang sejak awal penemuan fotografi hingga kini.

Air dan fotografi tidak bisa dilepaskan, begitu juga dengan Galih Sedayu. Galih Sedayu merupakan orang di balik layar Air Photography Comunications. Galih Sedayu adalah pegiat fotografi yang menjadi pendiri sekaligus pengelola Air Photography Comunications. Ia mulai menggeluti fotografi sejak 1999 dengan berguru kepada Alm. Andhika Prasetya. Seperti yang ia tulis di dalam blog pribadinya fotografi sama dengan kehidupan yang selalu bergerak, berubah dan mengalir. Filsofi inilah yang membuat Galih Sedayu menjadi seseorang yang sangat memperhatikan perkembangan fotografi terutama di Bandung. Menjadi juri lomba fotografi dan juga pengajar sudah digelutinya sejak lama, ia bukan hanya menjadi seorang fotografer saja tetapi juga pegiat. Acara-acara besar fotografi juga banyak lahir dari gagasan-gagasannya seperti “Bandung 200 Years Photofest”, “Bandung Photo Speak”, “Photography on the Move”, “Braga Photofest” dan Kampanye “Fotografi Bergerak”.

Fotografi Bergerak yang merupakan gagasan Galih Sedayu adalah sebuah media informasi tentang segala hal yang berkaitan dengan dunia fotografi baik itu berupa karya foto, tulisan fotografi, forum komunitas foto, info produk foto maupun kegiatan kreatif fotografi. Fotografi Bergerak bisa ditemui di alamt blog www.fotografibergerak.wordpress.com . Masih dengan gagasan Gali Sedayu yaitu “Bandung 200 Years Photofest” yang sudah diadakan sejak 1 Januari 2010 dan akan berakhir Desember 2010. Di dalam acara ini sudah banyak serangkain acara-acara fotografi yang digelar. Seperti setiap bulannya diadakan lomba foto dengan tema-tema yang berkaitan dengan Bandung dan diskusi ataupun workshop yang diadakan untuk memeriahkan acara ulang tahun Bandung yang ke 200. Tidak hany lomba-lomba ataupun workshop yang diorganisir oleh Air kebanyakn malah pameran-pameran dan workshop diadakan oleh komunitas-komunitas fotografi dari berbagai universitas ataupun independen.

Seperti yang Galih Sedayu katakan di dalam blog pribadinya, “Fotografi selalu menjadi magnet bagi semua anak manusia yang peduli akan jejak visual dalam sebuah peradaban cahaya agar kemudian dapat ditorehkan pada totem sejarah dunia.” Fotografi Bergerak dan Bandung 200 Years Photofest merupakan langkah yang baik untuk membuat iklim peradaban yang baru untuk fotografi di Indonesia terutama bagi kaum muda.

Referensi:

http://galihsedayu.multiply.com/journal

http://fotografibergerak.wordpress.com/about-fotografi-bergerak/

http://airfotografi.multiply.com/

http://fotografius.wordpress.com/about/

04.29

Pameran Fotografi Rutinitas


Rutinitas merupakan suatu hal yang pasti dalam kehidupan kita. Dalam rutinitas ini muncul informasi yang berubah dari waktu ke waktu. Informasi ini membentuk suatu pola tertentu meskipun secara sekilas terlihat random. – LPM on the move


Dalam rangka dua tahun pendiriannya, Unit Kegiatan Mahasiswa Lembaga Pers mahasiswa Momentum Universitas Langlangbuana, mengadakan pameran foto dengan tema “Rutinitas” di Kampus Universitas Langlangbuana, Jalan. Karapitan, Kota Bandung.

Rica Mardiany S, Ketua Pelaksana Pameran “Rutinitas” Universitas Langlangbuana, mengatakan, “Awalnya muncul ide pameran dengan tema wajah perempuanku, tapi setelah dirundingkan akhirnya tema yang diambil dari Rutinitas.”

Pameran dimulai dari 31 Mei 2010,yang digelar di lobby kampus dengan tujuan mahasiswa di kampus bisa turut menikmati karya foto.

Foto yang dipamerkan berasal dari Komunitas fotografi LP Momentum, total foto ada 32 dari Lembaga Pers Mahasiswa Momentum, dan 21 dari Komunitas Lubang Jarum Indonesia.

Pada Selasa (1/6) diselenggarakan diskusi jurnalistik,dengan pembicara dari Surat Kabar Harian Pikiran Rakyat dan dari Komunitas Lubang Jarum Indonesia, Dudi Sugandi dan Deni Sugandi. Materi diskusi fotografi membahas tentang alih rupa dalam dunia foto jurnalistik. Diskusi fotografi ini diikuti anggota Lembaga Pers mahasiswa Momentum Universitas Langlangbuana dan beberapa anggota komunitas fotografi lainnya, yaitu dari KLJI dan Unpas.


Pada hari ketiga diisi acara akustik dan penutupan acara. Dengan mengadakan kegiatan Pameran dan diskusi ini, Ketua Pelasana Pameran Rutinitas, Rica mengatakan ingin dapat mewujudkan harapan LP Momentum, yaitu ingin lebih memajukan, membebaskan kreativitas, memperluas ruang lingkup, dan bekerja sama dengan komunitas fotografi lain.

Salah satu bentuk kerja sama yang akan diwujudkan yaitu LP Momentum akan mengadakan event dengan KLJI pada 1 Juli mendatang, yaitu kegiatan workshop membuat kamera sampai pengambilan objek, jadi berkreativitas dengan kamera yang ada. Bagi teman-teman yang berminat membuat kamera sendiri, silahkan datang di event KLJI bersama Universitas Langlangbuana pada 16 dan 20 Juni 2010 nanti, infonya dapat dilihat di :
http://www.facebook.com/group.php?gid=76704649492#!/event.php?eid=130812293611943&ref=mf


Written and Photo by:
Agne Yasa (210110080012)

Referensi :
http://bandung200photofest.wordpress.com/
01.13

Romain Osi - Fotografer Prancis Berpetualang di Bandung

Romain Osi adalah anggota dari agensi perkumpulan fotografi Picture Tank. Sebagai fotografer independen, ia bekerja berdasarkan pesanan secara regular bersama beberapa institusi dan agensi komunikasi, memberikan workshop seni dan bekerjasama dengan penerbit serta pers Prancis dan internasional.

Sering dijuluki sebagai fotografer petualang. Kali ini, Romain Osi menjadi salah satu orang asli Prancis yang berkontribusi dalam rangkaian acara Pengenalan Budaya Prancis oleh Centre Culturel Français (CCF) Bandung.

Centre Culturel Français Bandung merupakan bagian dari jaringan lembaga kebudayaan Prancis di Indonesia (CCF dan CCCL). Misi utama CCF terutama adalah mengembangkan pertukaran budaya dan sains antara Prancis dan Indonesia melalui berbagai kegiatan (Konferensi, Pameran, Seminar, Pemutaran Film).

Memasuki musim semi di Prancis tahun 2010 ini, rangkaian kegiatan dalam pengenalan budaya Prancis digelar oleh CCF dari bulan April sampai Juli.

Saverine Claire, penanggung jawab rangkaian acara pengenalan budaya dari CCF , mengatakan, “Musim semi di Prancis dirayakan sebagai “reborn” atau kelahiran kembali. Di Prancis ketika musim semi juga diadakan berbagai festival untuk merayakannya.”

Di Bandung, CCF juga mengadakan festival dengan tujuan Pengenalan Budaya Prancis kepada masyarakat di kota Bandung. Berbagai kegiatan budaya siap digelar di CCF Bandung, seperti pameran, pertunjukan seni tari, teater, musik, pembacaan puisi, dan lain-lain.

Pameran Fotografi bertajuk Urban Dream dan event “Keluyuran” merupakan kegiatan tentang fotografi yang juga digagas oleh CCF dan melibatkan Fotografer dari Perancis, Romain Osi.


Pameran Fotografi Urban Dream
Selasa 3 Mei, Kamis, 27 Mei, pukul 10.00 19.00
Pembukaan senin 3 Mei – 19.00 Galerie Esp’Art, CCF Bandung

Pameran Urban Dream, mengirimkan kita kembali pada bayangan kita sebagai manusia urban, yang terombang-ambing di antara ruang-ruang kehidupan, saat-saat mengambang, tempat-tempat untuk berkegiatan, menunggu atau tempat-tempat lain, di mana pikiran-pikiran kita yang bercampur-baur bergerak. Teater perkotaan yang luar biasa, kebiasaan kita yang luar biasa.






“Keluyuran”
Minggu 16 Minggu 30 Mei Di Jalanan Kota Bandung.

Dalam rangka memperingati ulang tahun Bandung yang ke 200 tahun, seniman fotografi Romain Osi, mempersembahkan foto wajah kota, bekerjasama dengan Common Room dan Pemerintah Kota Bandung.
Dunia yang bergerak di atas kepala dan lingkungan urban ada dalam pencitraannya. Pameran ini diselenggarakan dalam beberapa tempat di kota Bandung.

Pameran ini memberikan pada masyarakat kota Bandung mengenai potret cerminan Bandung dan harta kekayaannya pada zaman tahun-tahun penuh kecerahan dari penduduknya, kebiasaan sehari-harinya.

silahkan kunjungi juga situs Romain Osi :
http://www.romainosi.com

Written by:
Agne Yasa (2101100080012)

Referensi:
katalog agenda Voila CCF
http://ccf-bandung.org/in/pusat.htm
http://www.romainosi.com


photo source:
http://www.paris-art.com/img/video/parisart-18-Cube-Ossi-10023.jpg
http://www.froggydelight.com/galerie/photos/2007-11-07-Romain_Osi_Uscita-Maison_Europeenne_de_la_Photographie_(Paris)/Romain-Osi-02.jpg

slide source:
http://commonroom.info/2010/keluyuran-urban-photographic-sample-from-bandung-indonesia-romain-osi-fr-14-sd-28-mei-2010/#more-939
00.25

Café Unik Black Coffee Photography

Unik atau aneh, sebuah kedai kopi menamai dirinya juga sebagai café photography, adalah Black Coffee Photography yang terletak di Jalan Badak Singa, di sudut belakang Taman Dago Cikapayang, Bandung.

Didirikan oleh tiga orang, Andri Hariadi, Telly D Aryani, dan Irawan Surya Kusuma sejak April 2009. Awalnya masih di Jalan Cimanuk, baru September 2009, proyek bersama investor ini resmi berpindah di lokasi yang sekarang, tutur Irawan yang akrab dipanggil Yayo ini.

Ide nama Black Coffee Photography muncul dari salah satu pendirinya yang hobi fotografi, juga hobi ngopi dan memang fotografer, yaitu Andri Haryadi. Alumni Fikom Universitas Islam Bandung (Unisba) ini juga merupakan pendiri UKM Fotografi Unisba, JePRET (Jendela Edukasi Pemotret Bandung)


Goals yang ingin dicapai Black Coffee Photography, Irawan mengatakan, “ Kita ingin mengumpulkan komunitas fotografi yang ada di Bandung, sehingga nanti menjadi tempat mereka bisa ngomongin fotografi, dan tempat bisa berkreativitas.”

Black Coffee Photography menyediakan fasilitas berupa tempat untuk komunitas atau pelanggan yang ingin melakukan event pameran fotografi, photo session, talk show, dan lainnya. Meskipun masih terbatas dan apa adanya.

Event yang sudah dilakukan Black Coffee Photography sampai Mei 2010 ini diantaranya Pameran Foto JePRET Panggung Selebrasi, selama satu bulan, bekerjasama dengan Unisba, Talk Show Stage Photography bersama Saint Jaddon (fotografer panggung), dan Pameran foto dari Fikom Bandung.

Event selanjutnya mereka bersama beberapa anggota komunitas berencana akan mengadakan event untuk fotografer perempuan,berupa photo session dengan foto model.

“Ini baru inisiasi. Sekitar bulan depan. Arahannya ingin bikin komunitas fotografer cewe,” kata Irawan.

Untuk kerja sama dengan customer, pihak Black Coffee Photography tidak memungut biaya alias free, tidak kena charge selama masih mengenai fotografi. Walaupun free, pihak Black Coffee Photography mendapat keuntungan dari pembelian makanan dan barter berupa promosi tempat kepada masyarakat.

Di Bandung sendiri, baru Black Coffee Photography yang mempunyai konsep sebagai café yang memadukan coffee dan photography.

Untuk kalian yang berminat bekerja sama dengan Black Coffee Photography ada formulirnya tapi untuk saat ini sudah waiting list.


Pameran bersama JePRET UNISBA, “Panggung Selebrasi”

Panggung Selebrasi adalah tema dari Pameran Foto karya bersama Jendela Edukasi Pemotret Bandung (JePRET) Universitas Islam Bandung, yang diadakan dari tanggal 8 hingga 30 Mei 2010 di Black Coffee Photography dan merupakan rangkaian ulang tahun klub JEPRET ke-sepuluh.
Dari foto-foto yang dikirimkan kepada kurator Firdaus Fadlil (majalah remaja HAI) diperoleh lima puluh foto yang layak pamer. Di sudut bagian dalam, sebagian besar karya dipajang namun dengan tampilan dan peralatan lampu sorot yang apa adanya.


Dalam rentang waktu satu bulan, ada beberapa kegiatan yang dilakukan selain Pameran Foto. Pada pembukaan pameran foto, Sabtu, 8 Mei 2010 dihadirkan bintang tamu Pidi Baiq, One Soul Reggae, Casavana, dan Sixty Nine. Pada Sabtu, 15 Mei 2010 diadakan kegiatan Sharing Foto “Panggung Selebrasi” yang menghadirkan bintang tamu Ener Ji. Pada Sabtu, 22 Mei 2010 diadakan Talk Show dengan tema Stage Photography dengan pembicara Saint Jaddon, fotografer panggung dan menghadirkan bintang tamu Evening Art. Namun, sayang ketika hari terakhir pameran menjadi anti klimaks karena tidak ada prosesi penutupan seperti layaknya pembukaan pada 8 Mei.

Written & Photo by :
Agne Yasa (210110080012)

Referensi :
http://bandung200photofest.wordpress.com/2010/05/25/momen-artifisial-catatan-pameran-bersama-jepret-unisba-“panggung-selebrasi”-8-hingga-30-mei-2010/